Musik Indisch dalam Perspektif Poskolonial: Studi Kasus Karya Ki Hadjar Dewantara dan Constant van de Wall

Indisch music is a that uses combination of “Eastern” idioms and “Western” in composition popular Dutch-East Indies era. This article analyses the composed by Ki Hadjar Dewantara, well-known educational figure composer Indonesia Constant van de Wall, Javanese-Dutch postcolonial perspective. Using qualitative method with theory framework framework, this answers two research questions: first how Dewantara Wall making their works viewed terms second contestation struggle power built into piano The composers shows Dutch colonialism East has produced mixed culture called which become an arena for colonizers colonized. Starting from point, authors hope contributes to world education Indonesia. Music teacher student need understand addition history. Musik adalah jenis musik yang menggunakan perpaduan idiom “Timur” dan “Barat” di dalam komposisinya populer zaman Hindia-Belanda. Artikel ini menganalisis komposisi digubah oleh seorang tokoh pendidikan komponis terkenal Jawa-Belanda. Dengan metode kualitatif dengan kerangka teori poskolonial, artikel menjawab dua pertanyaan riset: pertama bagaimana membuat karya Indischnya ditinjau dari bentuk mereka kedua kontestasi perebutan kuasa terbangun perspektif poskolonial. Komposisi tersebut menunjukkan bahwa kolonialisme Belanda Hindia-Belanda telah menghasilkan kebudayaan campuran bernama menjadi pertarungan bagi si penjajah terjajah. Berangkat titik tersebut, penulis berharap dapat berkontribusi dunia Pemahaman poskolonial samping sejarah penting dimiliki guru siswa